Selasa, 09 Agustus 2016

Saham Asia Bergerak di Area Level Puncak

Rifanfinancindo


PT Rifan Financindo Berjangka - Saham Asia bergerak di dekat level tertinggi dalam satu tahun pada Rabu (10/8), karena investor memandang sedikit harapan untuk kenaikan suku bunga AS menyusul data produktivitas Negeri Paman Sam yang lemah, mendorong dolar AS dan hasil treasury lebih rendah.

Seperti dilansir dari Reuters, indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik kecuali Jepang naik 0,1 persen, berada di dekat level tertinggi satu tahun yang dicapai pada hari sebelumnya. Indeks Nikkei N225 Jepang turun 0,6 persen terseret kenaikan yen.

Bursa Wall Street AS naik pada perdagangan Selasa setelah sesi yang kuat untuk pasar saham Eropa, dengan Indeks DAX Jerman melompat 2,5 persen ke level tertinggi 2016 karena pendapatan yang kuat dari perusahaan reasuransi Munich Re dan grup telekomunikasi Altice.

Sementara itu, indeks dunia MSCI yang mencakup 46 pasar naik 0,5 persen pada hari Selasa untuk menyentuh level tertinggi sejak akhir Agustus 2015.

"Setelah data tenaga kerja AS yang kuat minggu lalu, kami berada di tempat yang baik di mana ekonomi AS tampaknya baik-baik saja. Sementara kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed dalam jangka dekat masih relatif kecil," kata Hirokazu Kabeya, kepala strategi global Daiwa Securities.

"Data pendapatan perusahaan di AS, Eropa dan Jepang tidak buruk. Jadi kita mungkin melihat sesuatu dari pasar global," tambahnya.

Adapun imbal hasil obligasi AS jatuh setelah sebuah laporan yang lemah pada produktivitas AS, dengan imbal hasil obligasi 10-tahun turun ke level 1,53 persen dari hari Senin, yang mencapai rekor tertinggi dua minggu sebesar 1,616 persen.

"Pertumbuhan produktivitas AS yang rendah bisa memberi pandangan bahwa pertumbuhan kuartal ketiga tidak fantastis. Yang pada gilirannya akan berarti The Fed tidak akan perlu menaikkan suku," kata Masahiro Ichikawa, ahli strategi senior Sumitomo Mitsui Asset Management.

Selain itu, lelang obligasi bank sentral Inggris Inggris gagal memenuhi target pada Selasa lalu, memperlihatkan kelangkaan investor yang bersedia untuk menjual obligasi jangka panjang dengan hasil yang positif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar